Saya suka traveling, saya suka sharing. Sehari-hari saya berprofesi sebagai dosen dan peneliti. Saat terbahagia bagi saya adalah ketika melihat "kekasih-kekasih" saya berbahagia.

Saya suka traveling, saya suka sharing. Sehari-hari saya berprofesi sebagai dosen dan peneliti. Saat terbahagia bagi saya adalah ketika melihat "kekasih-kekasih" saya berbahagia.

Alkesah, Pouteria campechiana (Sapotaceae)

Kalau mengingat buah ini saya selalu tersenyum sendiri. Bagaimana tidak, ini adalah salah satu buah nostalgia masa kanak-kanak saya, walaupun rasanya sih…. sebenarnya tidak begitu enak, tetapi memang unik. Begitu mendengar kata alkesah, atau sering juga disebut buah mentega, ingatan saya lalu melayang pada gambaran anak-anak yang sedang makan buah alkesah dengan lahapnya, yaitu saya dan adik-adik serta teman-teman kami, dan gigi mereka kuning semua …… seperti tidak bersikat gigi berminggu-minggu. Maaf, ini memang agak “jorok”, tetapi memang begitulah kenyataannya. Kalau Anda makan buah alkesah, serta merta gigi Anda akan lengket dan kuning semua. Itu sebabnya dahulu kami memberi nama buah ini, mohon maaf sekali lagi karena memang agak jorok namanya, kami beri nama “buah jigong”. Bagi yang belum mengerti, baiklah saya beri tahu. Dalam bahasa Betawi atau paling tidak bahasa gaul anak-anak yang tinggal di Betawi zaman saya kecil dulu, jigong itu artinya kotoran gigi. Hii…!

Harap dimaklumi, zaman saya kecil dulu buah-buahan import hanya milik “orang kaya”, bahkan buah-buahan yang sekarang banyak dijual dimana-mana dan harganya terjangkau hampir untuk semua kalangan, zaman saya kecil dulu sangat terbatas. Sehari-hari paling-paling kami makan pepaya, pisang, jambu, sawo,  dan beberapa jenis buah lain. Untuk menambah variasi santapan buah-buahan, apa lagi zaman itu jajanan juga terbatas variasinya, maka kami suka makan buah jigong itu tadi. Kami tidak perduli, walaupun itu membuat gigi kami jadi kuning semua. Toh, sorenya akan sikat gigi, dan gigi akan kinclong kembali.

Zaman itu pun buah alkesah banyak dijual di pasar-pasar tradisional, gerai buah pinggir jalan, atau dijual dengan pikulan keliling kampung. Zaman sekarang sepertinya tidak ada lagi yang menjualnya, tetapi saya masih banyak melihat buahnya bergantungan di pohon-pohon yang tumbuh di tepi jalan di sekitar wilayah Pasar Minggu, Ciganjur, dan Depok. Di dalam Kebun Binatang
Ragunan pun ada beberapa pohon alkesah yang sering berbuah cukup lebat. Beberapa foto alkesah di laman ini juga saya ambil disana.

alkesah-3-crop-resize

Buah alkesah bentuknya bulat lonjong dengan ujung agak meruncing. Besarnya sangat bervariasi, dari sebesar telur ayam sampai tiga atau empat kali besar telur ayam. Ketika masih muda warna buahnya hijau, lalu berubah menjadi kekuningan, dan akhirnya ketika sudah matang berwarna jingga mencolok. Kulit buahnya halus, licin, dan mengkilap, sedangkan daging buahnya bertekstur seperti ubi rambat yang dikukus, atau seperti kuning telur rebus, padat dan pulen.

alkesah-1-crop-resizealkesah-2-crop-resize

 

 

 

 

 

 

Buah alkesah biasa dikonsumsi segar dalam keadaan matang atau kadang-kadang dibakar sebentar. Rasanya manis dan pulen, tidak ada rasa asam sedikit pun seperti buah-buahan pada umumnya. Buah alkesah juga tidak juicy, jadi tidak sifatnya tidak menyegarkan tetapi mengenyangkan. Di beberapa negara Amerika Latin, daging buah alkesah digunakan sebagai campuran untuk membuat kue dan minuman, atau dibuat selai. Daging buah alkesah yang berwarna jingga ini mengandung banyak karoten (provitamin A) yang bersifat antioksidan, juga vitamin C dan niasin.

Pohon alkesah termasuk suku sawo-sawoan atau Sapotaceae. Buah ini kadang-kadang juga disebut sawo walanda alias sawo belanda. Pohon alkesah diperkirakan berasal dari wilayah tropis Amerika, yaitu dari suatu wilayah di Meksiko Selatan yang bernama kota Campeche, Itu sebabnya buah ini diberi nama Pouteria campechiana. Sekarang buah alkesah banyak ditemukan di berbagai wilayah tropis, termasuk Indonesia, Filipina, dan Vietnam.

Pohon alkesah merupakan pohon yang tidak begitu besar dengan tinggi sekitar 10-15 meter. Daunnya letak berseling, bentuk elips panjang seperti daun mangga, kaku seperti kulit, mengkilap, berwarna hijau tua. Bunganya putih agak kehijauan, terdapat berkelompok. Di samping buahnya, kulit batang alkesah juga diyakini memiliki khasiat obat, Di Meksiko rebusan kulit batang alkesah digunakan sebagai obat demam, dan di Kuba digunakan untuk mengobati sakit kulit. Di Kuba buah alkesah digunakan untuk mengatasi anemia.