Indonesia merupakan negara dengan budaya kuliner yang kaya. Berbagai rempah dan bumbu dapur selalu tersedia di dapur setiap keluarga. Mulai dari rempah-rempah kering seperti kapulaga, cengkeh, kayu manis, ketumbar, dan jintan, sampai rempah-rempah segar seperti jahe, kunyit, kencur, lengkuas, sereh, daun salam, dan asam jawa. Banyak di antara kita belum menyadari bahwa rempah-rempah dan bumbu dapur ternyata memiliki khasiat untuk kesehatan, terutama untuk pemeliharaan kesehatan sehari-hari. Padahal, dari khasanah pengobatan tradisional Indonesia diketahui bahwa rempah-rempah dan bumbu dapur itu ternyata memang sudah sejak lama digunakan dalam berbagai ramuan obat herbal tradisional kita.
Sebagian besar di antara rempah-rempah dan bumbu dapur itu mengandung senyawa-senyawa antioksidan yang sangat diperlukan untuk mengurangi kadar radikal bebas di dalam tubuh. Dari hasil-hasil penelitian mutakhir sudah diketahui bahwa sebagian besar penyakit-penyakit degeneratif, yaitu penyakit-penyakit yang bukan disebabkan oleh kuman, seperti penyakit kanker, penyakit jantung koroner, diabetes melitus (penyakit kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi di dalam darah), penumpukan asam urat, dan terjadinya stroke, sangat dipacu dan dipicu oleh tingginya kadar radikal bebas di dalam tubuh. Oleh sebab itu konsumsi bahan-bahan alami yang mengandung senyawa-senyawa antioksidan setiap hari sangat dianjurkan.
Beberapa bumbu dapur yang sudah sangat dikenal memiliki khasiat obat antara lain rimpang berbagai tumbuhan suku Zingiberaceae, seperti jahe, kunyit, kencur, kapulaga, lengkuas, dan lain-lain.
Jahe, nama ilmiahnya Zingiber officinale Rosc.merupakan salah satu bumbu dapur yang wajib ada di dapur setiap rumah Indonesia. Rimpang jahe banyak digunakan dalam berbagai jenis masakan Indonesia, mulai dari sop, opor, tumis, gulai, sampai kari. Karena penggunaannya yang luas maka namanya pun selalu ada di setiap daerah. Di Aceh disebut Halia, di daerah Batak disebut Bahing (Batak Karo), Pege (Toba), atau Sipode (Mandaling), di Minangkabau disebut Sipodeh atau Sipadeh, di Lampung: Jahi, dalam bahasa Dayak disebut La atau Hai, di pulau Jawa dan Madura disebut Jahe (Sunda), Jae (Jawa), Jhai (Madura), atau Jae (Kangean), di Bali: Jae, Cipakan, Jahya atau Lahya (Bali), di Sulawesi disebut Alia, Jae, Goraka (Minahasa), Melito (Gorontalo), Leya, Ria, Lia, Luya (Sulawesi Utara), Laia (Makasar), Pese (Bugis), di Maluku disebut Siwe, Pusu, Sukeia, Sehi (Ambon), Siwei (Buru), Gisoro, Goraka, Gohoro, Hilohiloto (Halmahera Utara), Geraka, Goraka, Galaka (Ternate), Gora (Tidore), dan lain-lain. Jahe juga dikenal di berbagai daerah di luar Indonesia, di Malaysia disebut Halia, di Thailand disebut Khing , Khing daeng , Khing klaeng atau Khing phueak Sae, di Filipina disebut Luya, Baseng, La’ya, Layal, Ladja, Radja, Aga, Anaha, Naha, Agat, Alomangi, Naupak, Loya-agarisen, Giya, Kasumba-giya, Fute-giya, giya, dalam bahasa Inggeris jahe dikenal dengan nama Ginger, dalam bahasa Belanda: Gember, dalam bahasa Perancis: Gingembre, Gingembre commun, Gingembre officinal atau Gingembre traditionnel, dalam bahasa Jerman: Inbwer atau Ingwer, sedangkan dalam bahsa Italia disebut Zenzero, Zenzevero, atau Pepe zenzero.
Rimpang jahe dapat digunakan untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan, antara lain: reumatik atau encok, pegal linu, batuk, sakit pinggang, sakit kepala, masuk angin, dan lain-lain. Untuk mengatasi masuk angin, cukup Anda rebus 2 rimpang jahe sebesar ibu jari dengan satu gelas air sampai tinggal setengahnya. Masukkan sepotong gula aren, masak sampai larut. Saring rebusan tadi, lalu minum air rebusan sekali sehari.